KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK TUNARUNGU
KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT
PADA ANAK TUNARUNGU
Sudiryo
SLB Manunggal Slawi
ssudiryo@gmail.com
Abstract
This paper contains the factors and causes of difficulty in learning mathematics in deaf students, especially in the matter of the ability to count integers. In addition, by knowing the causes of learning difficulties, it is hoped that teachers can try to overcome the difficulties felt by deaf children. The results of the study are (1) The concept of integers is still abstract, integers consist of positive and negative integers so that concrete media are needed to facilitate understanding of concepts in deaf children. (2) Deaf children in understanding a concept of integers still have difficulty due to communication barriers and language vocabulary. (3) From the condition of deaf children who experience hearing and communication barriers, it affects the ability to apply integer arithmetic operations so that media is needed in learning.
Keywords: Ability to count; deaf
Abstrak
Makalah ini berisi tentang faktor dan penyebab kesulitan belajar matematika pada siswa tunarungu khususnya pada materi kemampuan berhitung bilangan bulat. Selain itu, dengan diketahuinya penyebab kesulitan belajar diharapkan guru dapat berupaya mengatasi kesulitan yang dirasakan oleh anak tunarungu. Hasil penelitian berupa (1) Konsep bilangan bulat masih bersifat abstrak, bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif dan negatif sehingga dibutuhkan media konkrit untuk memudahkan pemahaman konsep pada anak tunarungu. (2) Anak tunarungu dalam memahami sebuah konsep bilangan bulat masih mengalami kesulitan karena hambatan komunikasi dan perbendaharaan Bahasa.dan (3) Dari kondisi anak tunarungu yang mengalami hambatan pendengaran dan komunikasi mempengaruhi kemampuan dalam menerapkan operasi hitung bilangan bulat sehingga dibutuhkan media dalam pembelajaran.
Kata kunci: Kemampaun berhitung; tunarungu
PENDAHULUAN
Matematika bukan sekadar berhitung saja akan tetapi merupakan bahasa dan kegiatan untuk memecahkan masalah serta mempelajari pola dan hubungan. Artinya, matematika memiliki peranan penting dalam membantu memahami dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan rumus serta menggunakannya, sehingga dari model matematika dapat dituangkan menjadi suatu kalimat, tabel, diagram, maupun grafik. Menurut Suherman (2003), tujuan mempelajari matematika untuk memperoleh kemampuan-kemampuan dalam menggunakan algoritma, melakukan manipulasi secara matematika, mengorganisasikan data, memanfaatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya, mengenal dan menemukan pola dan konsep, menarik kesimpulan, membuat kalimat atau model matematika, membuat interpretasi bangun geometri, memahami pengukuran dan satuannya, serta menggunakan alat hitung dan alat bantu lainnya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer untuk memecahkan masalah
Bilangan adalah bagian dari matematika yang paling sering digunakan seperti bilangan asli, cacah, bulat dan pecahan. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, dan bilangan 0 (Muhsetyo dkk, 2007). Kita sering menggunakan bilangan bulat, baik secara langsung (dengan lambang bilangan bulat) atau secara tidak langsung (dengan menggunakan istilah atau kata-kata). Contoh bilangan bulat dengan kata dalam kehidupan sehari-hari seperti maju 3 langkah dapat ditulis +3, mundur 2 langkah dapat ditulis -2, menang 5 poin dapat ditulis +5, serta rugi 500 rupiah dapat ditulis -500 dan sebagainya.
Somad & Hernawati (Salis, 2016) menyatakan bahwa anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.
Berdasarkan hasil observasi di SLB Manunggal Slawi, kemampuan menerima informasi siswa tunarungu tertinggal sangat jauh dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki hambatan. Penggunaan bahasa yang kurang tepat dapat menyebabkan siswa tunarungu mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar yang dialami siswa tunarungu salah satunya pada materi penjumlahan bilangan bulat. Kurangnya perbendaharaan kata membuat siswa tunarungu sulit untuk memahami soal, banyak yang kurang mengerti bagaimana cara menerapkan konsep soal, sehingga siswa tunarungu akan merasa bingung dengan cara yang sesuai dengan soal yang ditanyakan.
Dalam makalah ini penulis mengangkat permasalahan anak tunarungu dalam kemampuan berhitung bilangan bulat yang selama ini masih dalam kesulitan. Anak tunarungu di SLB Manunggal Slawi dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat masih rendah., sehingga diharapkan ada upaya dari guru untuk mengatasi kesulitan yang dirasakan oleh anak tunarungu.
PEMBAHASAN
Kemampuan Berhitung
Kemampuan yang perlu dibekali pada anak sangatlah banyaknya. Kemampuan ini dapat diberikan melalui bangku persekolahan. Kemampuan dasar yang perlu dikuasai yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan berhitung adalah suatu kemampuan yang dimiliki setiap anak yang berhubungan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Ahmad Susanto (98: 2011) Kemampuan berhitung dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dari dirinya sejalan dengan perkembangan yang dapat meningkat ketahap pengertian tentang jumlah yakni tentang penjumlahan dan pengurangan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung yaitu kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan perhitungan dengan baik dan benar.
Operasi Hitung Bilangan Bulat
Bilangan bulat merupakan perluasan dari bilangan cacah. Himpunan bilangan bulat terdiri atas himpunan bilangan asli, yaitu {1, 2, 3, 4, ...} yang selanjutnya disebut bilangan bulat positif, bilangan nol, dan himpunan lawan dari bilangan asli, yaitu {-1,-2, -3, -4, ...} yang selanjutnya disebut himpunan bilangan bulat negatif .
Menurut Muhsetyo dkk (Eliana, 2016) mengenalkan konsep operasi hitung bilangan bulat dilakukan dengan 3 tahap. Pada tahap pertama terdapat 2 model peragaan yang dapat dikembangkan, yaitu menggunakan pendekatan himpunan (menggunakan alat peraga manik-manik), sedangkan model yang ke-dua menggunakan pendekatan hukum kekelan panjang (menggunakan balok garis bilangan atau pita garis bilangan atau tangga garis bilangan). Pada tahap kedua, proses pengerjaan operasi hitung diarahkan menggunakan garis bilangan dan pada tahap ketiga kepada siswa baru dikenalkan konsep-konsep operasi hitung yang bersifat abstrak.
Konsep operasi hitung bilangan bulat ini masih bersifat abstrak, sehingga dibutuhkan media pembelajaran untuk membantu mengkonkritkannya. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, minat dan perhatian siswa (Sadiman, 2008).
Dari pengertian operasi hitung bilangan bulat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat memerlukan media pembelajaran.
Pengertian Tunarungu
Murni Winarsih (2007: 22) mengemukakan bahwa tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar dimana batas pendengaran yang dimilikinya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Tin Suharmini (2009: 35) mengemukakan tunarungu dapat diartikan sebagai keadaan dari seorang individu yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui pendengaran.
Menurut Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri, 1996: 74) mengemukakan bahwa: seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) atau kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah anak yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah anak yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
Beberapa pengertian dan definisi tunarungu di atas merupakan definisi yang termasuk kompleks, sehingga dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan dalam pendengarannya, baik secara keseluruhan ataupun masih memiliki sisa pendengaran.
Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi di SLB Manunggal Slawi, kemampuan menerima informasi siswa tunarungu tertinggal sangat jauh dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki hambatan. Penggunaan bahasa yang kurang tepat dapat menyebabkan siswa tunarungu mengalami kesulitan dalam belajar. Umumnya, bahasa isyarat digunakan sebagai media komunikasi bagi para penyandang tuna rungu atau tuna wicara. Di SLB Manunggal Slawi setiap guru harus memiliki kemampuan menguasai bahasa isyarat sehingga pembelajaran dilakukan menggunakan bahasa isyarat. Hal ini sesuai dengan anjuran berkomunikasi untuk tunarungu, cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. Saat ini di beberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat, dan bahasa tubuh.
Selain minimnya kemampuan menerima informasi, siswa tunarungu pun kesulitan belajar lainnya terdapat pada materi penjumlahan bilangan bulat. Kurangnya perbendaharaan kata membuat siswa tunarungu sulit untuk memahami soal, banyak yang kurang mengerti bagaimana cara menerapkan konsep soal, sehingga siswa tunarungu akan merasa bingung dengan cara yang sesuai dengan soal yang ditanyakan. Maka dari itu, guru perlu mengembangkan media pembelajaran yang efektif sehingga kesulitan-kesulitan yang ditemui dapat teratasi dengan baik.
PENUTUP
Kesimpulan
- Konsep bilangan bulat masih bersifat abstrak, bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif dan negatif sehingga dibutuhkan media konkrit untuk memudahkan pemahaman konsep pada anak tunarungu.
- Anak tunarungu dalam memahami sebuah konsep bilangan bulat masih mengalami kesulitan karena hambatan komunikasi dan perbendaharaan Bahasa.
- Dari kondisi anak tunarungu yang mengalami hambatan pendengaran dan komunikasi mempengaruhi kemampuan dalam menerapkan operasi hitung bilangan bulat sehingga dibutuhkan media dalam pembelajaran.
Saran
- Bagi penulis lain
Makalah ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan menjadi wawasan dalam penulisan makalah sejenisnya.
- Bagi penentu kebijakan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait pendidikan. dengan melengkapi media yang dapat mendukung materi tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada panitia penyelenggara pelatihan dalam hal ini BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, bapak/ ibu pemateri dari FKIP UNS dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, S. & Sadiman., dkk. (2008). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hernawati, T. (2007). Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara anak tunarungu. Jurnal JASSI_anakku, 7(1), 101-110.
Muhsetyo, G., dkk. (2007). Pembelajaran Matematika SD.Jakarta: Universita Terbuka.
Somantri, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud Dirdjen Pendidikan Tinggi.
Suharmini, T. (2009). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publiser.
Suherman, E. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (p. 51). Bandung: JICA.
Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Winarsih, M. (2007). Pendidkan bahas bagi Anak Gangguan Pendengaran dalam Keluarga. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Nasional.
Komentar
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Sosialisasi Pengenalan Anak Berkesulitan Belajar dan Cara Penanganannya
Pada tanggal 25 September 2025 telah dilaksanakan Sosialisasi Pengenalan Anak Berkesulitan Belajar dan Cara Penanganannya dengan pembicara Ibu. Dra. Irma Listyanawati, M.Si Pengawa
Sosialisasi "Pencegahan Tindakan Yang Melanggar Hukum dan Susila"
Pada tanggal 23 September 2025 telah dilaksanakan Sosialisasi "Pencegahan Tindakan Yang Melanggar Hukum dan Susila" yang diikuti oleh siswa-siswi SMPLB-SMALB bagian B (Tuna Rungu)
Merayakan Ulang Tahun Bersama Keluarga Besar SLB Manunggal Slawi Periode Mei-Agustus 2025
Pada tanggal 29 Agustus 2025 Merayakan Ulang Tahun Bersama Keluarga Besar SLB Manunggal Slawi Periode Mei-Agustus 2025 yang di ikuti oleh segenap warga sekolah dari dewan guru , ka
Sosialisasi Kolaborasi Antara Guru dan Orang Tua Dalam Memberikan Layanan Pendidikan
Pada tanggal 26 Agustus 2025 telah dilaksanakan acara "Sosialisasi Kolaborasi Antara Guru dan Orang Tua Dalam Memberikan Layanan Pendidikan" di ruang auditorium SLB Manunggal Slaw
In House Training (IHT) Pemahaman Guru Terhadap Pembelajaran Mendalam dan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran (Program BOSKIN 2025)SLB Manunggal Slawi
Pada tanggal 11 - 12 Agustus 2025 telah dilaksanakan In House Training (IHT) Pemahaman Guru Terhadap Pembelajaran Mendalam dan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran (Program BOSKIN 2
Perlombaan-perlombaan dan Upacara Peringatan HUT RI ke 80 SLB Manunggal Slawi
Pada tanggal 13-15 Agustus 2025 telah dilaksanakan perlombaan - perlombaan dalam rangka memeriahkan HUT RI ke 80 yang diikuti oleh segenap warga sekolah dilanjutkan tgl 17 Agustus 2025
REKAPITULASI REALISASI PENGGUNAAN DANA BOSP TAHAP 1 TAHUN 2025
REKAPITULASI REALISASI PENGGUNAAN DANA BOSP TAHAP 1 TAHUN 2025
MPLS Peserta Didik Baru SLB Manunggal Slawi Tahun 2025
Pada tanggal 14-18 Juli 2025 telah dilaksanakan kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) buat peserta didik baru yang diawali dengan upacara pembukaan, MPLS dibuka ditandai de
In House Training (IHT) Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Memahami Kurikulum "Deep Learning" dan Cara Mengajarnya
Pada tanggal 18 Juni 2025 telah dilaksanakan In House Training (IHT) Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Memahami Kurikulum "Deep Learning" dan Cara Mengajarnya dengan narasumber Bap
Lomba Kompetensi Siswa SLB Tingkat Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII
Pada tgl 26 Mei 2025 telah dilaksanakan pembukaan Lomba Kompetensi Siswa SLB Tingkat Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII yang bertempat di ruang auditorium SLB Manunggal Slawi bidang lo
Alhamdulillah...sdh berhasil perbaiki website yg error...terima kasih pa Rudy...sudah kerja kerja perbaiki. Terima kasih kepada bp Kepala Sekolah yg sudah mengijinkan partisipasi di website sekolah kita. ayoooo...temen kita ramaikan web sokolah kta.....